Arsip untuk Januari, 2013

Mari Mengajak Anak Menyukai Aktivitas Belajar
Seringkali kita mendengar keluhan orang tua tentang anaknya yang sulit sekali mau belajar di rumah. Anak-anak lebih senang melakukan aktivitas bermain daripada belajar. Jika bukan karena akan menghadapi ulangan/ujian, atau ada tugas yang harus dikerjakan di rumah (untuk yang satu inipun tidak jarang siswa baru mengerjakan tugas/pekerjaan rumahnya setelah tiba di sekolah, itupun tak jarang dengan mencontek/meniru hasil pekerjaan temannya), jarang sekali anak-anak terlihat asyik atau sibuk belajar di rumah. Bagi kebanyakan anak belajar masih merupakan suatu kewajiban dan hal berat yang harus dilakukan, belum menjadi suatu aktivitas yang menyenangkan dan mereka butuhkan.
Keberhasilan belajar anak bukan sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru di sekolah. Orang tua memiliki peranan yang sama besarnya dengan guru ataupun sekolah, terutama dalam memfasilitasi dan mengkondisikan anak untuk senang belajar, khususnya di rumah. Aktivitas apapun (termasuk belajar) jika dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan tentunya tidak akan menjadi beban. Selama ini, anak-anak sulit diajak belajar mungkin salah satu penyebabnya adalah karena suasana belajar yang tercipta baik di sekolah maupun di rumah kurang menarik perhatiannya.

Beberapa hal berikut bisa dilakukan orang tua untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak-anaknya di rumah, yaitu :
1. Jadilah Inspirasi Bagi Anak
Tidak sedikit orang tua yang ‘rajin’ memberikan nasihat pada anak-anaknya tentang pentingnya belajar. Sebagian yang lain lebih senang memasukkan anaknya ke berbagai les ataupun bimbingan belajar, bahkan ada pula yang dengan otoriter manjadwalkan waktu belajar khusus untuk anak-anaknya di rumah. Semua itu memang hak setiap orang tua untuk melakukan yang terbaik bagi anak-anaknya, hanya seringkali nasihat saja tidak cukup, bahkan tak jarang anak cenderung bosan mendengar orang tua menasihatinya terus-menerus. Belajar dalam waktu yang panjang dan terus-menerus juga tidak akan menjamin bahwa kegiatan belajar anak akan lebih efektif, dan belajar dalam kondisi terpaksa tentunya bertentangan dengan prinsip bahwa belajar akan efektif jika dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan (Quantum Learning, 2000).
Anak-anak lebih membutuhkan inspirasi daripada sekedar nasihat ataupun pemaksaan. Meskipun tidak mudah cobalah untuk menjadi inspirasi bagi anak-anak kita. Semangat kita untuk terus mau belajar hal baru, semangat kita dalam berprestasi di lingkungan kerja, kesungguhan kita untuk terus menerus menerapkan prinsip belajar sepanjang hayat (Life Long Learning) sesungguhnya akan terbaca dan dirasakan oleh anak-anak kita, dan itulah yang akan menginspirasi mereka untuk menyenangi aktivitas belajar, untuk penasaran karena belum menguasai hal baru, untuk tidak sabar karena ingin segera menaklukan hal-hal sulit.
2. Jeli Menemukan Minat Anak
Setiap anak itu unik. Mereka memiliki bakat (kemampuan), minat, juga kepribadian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Untuk mengetahui ketiga hal tersebut, saat ini telah banyak tes-tes psikologi (psikotes) yang bisa dimanfaatkan oleh orang tua dalam rangka memahami kondisi psikologis anak-anak mereka. Khusus untuk minat, sebetulnya orang tua bisa saja memahami minat yang dimiliki anaknya tanpa melalui psikotes sekalipun, karena meskipun sifatnya temporer minat itu berkaitan dengan apa yang cenderung lebih disukai anak dalam kehidupan sehari-hari.
Mengetahui apa yang menjadi minat anak merupakan bekal bagi orang tua dalam mengkondisikan kegiatan belajar anak di rumah agar lebih menyenangkan. Mempelajari sesuatu yang disukai akan terasa lebih mudah dan menyenangkan dibandingkan dengan mempelajari apa yang tidak kita suka. Gunakan momen-momen saat anak menunjukan ketertarikannya terhadap sesuatu dengan penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan konsep-konsep ataupun materi pelajaran. Jika memungkinkan, memfasilitasi kebutuhan belajar mereka dengan hal-hal yang berkaitan dengan minat mereka juga bisa membuka diskusi atau pembicaraan antara anak dan orang tua, dimana orang tua bisa mulai menanamkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan untuk dilakukan.
3. Jangan Terpaku Pada Hasil, Tapi Ajak Anak Untuk Menikmati Prosesnya
Tak bisa dipungkiri bahwa pada umumnya baik orang tua maupun guru percaya bahwa indikator keberhasilan belajar anak terlihat dari prestasi akademik yang diperoleh anak di sekolah. Sehingga saat menemukan anak dengan prestasi belajar rendah baik dalam mata pelajaran tertentu ataupun secara keseluruhan, upaya yang paling sering dilakukan guru ataupun orang tua adalah dengan cara memberinya pelajaran tambahan ataupun les. Padahal sesungguhnya banyak faktor yang menimbulkan kondisi-kondisi kesulitan belajar yang dihadapi anak, baik secara internal maupun eksternal. Tanpa mengetahui dengan benar penyebab kesulitan belajar yang dihadapi anak, sesungguhnya akan sulit bagi guru ataupun orang tua untuk membuat prestasi akademik anak tersebut membaik hanya dengan cara memberinya pelajaran tambahan saja.
Saat ini sumber belajar bisa diakses anak dari mana saja, tidak hanya terbatas dari guru di kelas. Perpustakaan cukup lengkap untuk mengakomodir keingintahuan anak, internet lebih representatif lagi karena bisa diakses dimana saja dan kapan saja. Tugas guru dan orang tua sesungguhnya adalah bagaimana membuat anak-anak menyenangi aktivitas belajar, menyukai ilmu pengetahuan, dan selalu haus untuk mempelajari dan menguasai hal baru. Jika anak telah merasakan hal tersebut dalam dirinya, sesungguhnya tanpa diajarkan sekalipun mereka pasti akan mencarinya sendiri, tanpa diwajibkan untuk belajar atau sekolahpun mereka akan mencuri-curi waktu untuk melakukan hal-hal yang memuaskan keingintahuannya terhadap ilmu pengetahuan.
Biasakan pula untuk tidak memasang target-target akademik yang harus dicapai anak, karena target yang tidak realistis seringkali hanya menambah beban anak dan membuatnya frustrasi, bahkan bagi anak berkemampuan unggul sekalipun. Kondisikan anak untuk bisa menikmati setiap aktivitas belajar, karena sesungguhnya proses yang baik akan cenderung menghasilkan hasil yang baik, tetapi hasil yang baik belum tentu karena melewati proses yang baik pula.

Annur Aliyyu