Arsip untuk September, 2015

Pada dasarnya setiap manusia terlahir sebagai insan pembelajar. Menyukai dan mempelajari sesuatu hal baru adalah fitrah manusia. Semangat mempelajari hal baru atau pengalaman baru telah ada sejak bayi dilahirkan. Dimulai dari belajar menyampaikan sesuatu lewat tangisan, belajar mengenali orang tuanya, belajar mengunyah makanan padat, dan seterusnya hingga dari bayi pun berubah menjadi anak, remaja, bahkan manusia dewasa.
Semua pengalaman belajar yang dirasakan anak, ditambah pola asuh yang diterapkan orang tua selama ini, akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter serta perkembangan minat belajar anak pada masa selanjutnya. Pengalaman belajar yang baik yang terus dipupuk serta dikembangkan akan sangat membantu anak dalam mengembangkan motivasi belajarnya. Sebaliknya, pengalaman belajar yang kurang menyenangkan ditambah respon-respon kurang tepat yang diberikan secara terus-menerus dari orang dewasa yang ada di sekitar anak, akan berpotensi mengurangi motivasi dan minat anak dalam belajar serta dalam mengeksplorasi segala potensi yang dimilikinya, terlebih saat anak mengalami kesulitan atau hambatan belajar tertentu, dia mungkin akan lebih memilih menyerah daripada mengatasai kesulitan atau hambatan belajarnya.
Memiliki anak yang selalu bersemangat dan senang belajar, apalagi bisa berprestasi dan membanggakan kedua orang tua, pastilah merupakan dambaan setiap orang tua di dunia. Meskipun targetnya bukanlah untuk meraih prestasi tinggi semata, beberapa hal di bawah bisa dilakukan oleh semua orang tua agar anak mereka bisa selalu terjaga motivasi belajarnya.

1. Tanyakan selalu “Belajar apa yang paling menyenangkanmu hari ini?” setiap anak pulang sekolah.
Dengan sering ditanya seperti itu, memori anak akan terus berusaha mengingat hal-hal baik dan menyenangkan yang terjadi di sekolah, bukan sebaliknya. Efek lainnya dari pertanyaan itu adalah saat anak sedang belajar di sekolah, dia akan selalu mencari hal-hal yang menyenangkan dari setiap pelajaran untuk diceritakan kembali kepada orang tuannya di rumah. Jika anak sudah diliputi rasa senang terhadap aktivitas belajar, maka sesulit apapun pelajaran yang dia hadapi pasti akan dia lalui tanpa menyerah.

2. Berikan alasan atau argumentasi yang mudah dipahami anak mengapa suatu pelajaran penting untuk dikuasai.
Untuk memperkuat motivasi belajar anak, para orang tua harus pintar-pintar mengaitkan setiap pelajaran yang harus dikuasai anak dengan manfaat yang akan diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari jika menguasai mata pelajaran tersebut. Misalnya untuk pelajaran Matematika, orang tua bisa memberikan argumentasi seperti : “Jika kamu pandai berhitung, menjumlahkan, mengurangi dan sebagainya akan membuat kamu tidak tertipu saat berbelanja, misalnya harusnya kembaliannya sepuluh ribu karena kamu tidak bisa berhitung dikasih seribu aja kamu terima, kan rugi jadinya karena kamu kehilangan yang sembilan ribunya..”.

3. Kondisikan lingkungan rumah (fisik dan psikis) agar selalu ada dalam kondisi yang hangat dan menyenangkan untuk anak.
Para ahli psikologi anak dan juga para pakar pendidikan telah sepakat bahwa anak akan mampu menerima dan menyerap pelajaran dengan optimal jika anak berada dalam situasi yang menyenangkan. Sebagai orang tua, sudah menjadi tugas kita untuk selalu menyediakan lingkungan perkembangan (terutama di rumah) yang membuat anak merasa nyaman serta terlindungi. Dengan lingkungan yang menyenangkan baik secara fisik (tata ruang kamar atau tempat belajar anak yang rapi dan sebagainya), dan terutama secara psikis dimana orang tua selalu bisa menjadi motivator bagi anak untuk belajar dan mengembangkan segala potensinya, diharapkan dapat memupuk semangat dan gairah belajar anak di rumah.

4. Berikan selalu pujian saat anak terlihat bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu, dan bukan pujian saat anak berprestasi saja.
Sampai dengan saat ini masih banyak orang tua yang “pelit” memberikan pujian pada anak. Pujian baru mereka berikan hanya jika anak meraih prestasi dan membanggakan kedua orang tuanya. Padahal pujian yang tulus akan memiliki efek luar biasa bagi si penerima. Cobalah untuk membiasakan diri dalam memberikan pujian pada anak saat anak terlihat bersungguh-sungguh belajar atau melakukan sesuatu. Percayalah pujian tulus Anda akan mampu membakar semangat anak untuk lebih bersungguh-sungguh lagi dalam belajar.

5. Bantu anak mengenali potensi belajar yang dimilikinya, termasuk keunggulan dan kelemahannya dalam belajar.
Setiap manusia itu unik, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, begitupula dengan anak Anda. Bantulah anak Anda untuk segera mengetahui potensi belajarnya. Apakah dia unggul dalam Matematika, Bahasa, Olahraga atau pelajaran lainnya. Berilah penjelasan pada anak agar dia tidak terlalu memaksakan diri untuk selalu menjadi yang terbaik dalam setiap mata pelajaran, tapi dukunglah dia untuk terus melakukan yang terbaik yang dia bisa dalam mempelajari setiap pelajaran.

6. Bantu anak menemukan “Gaya Belajar” yang cocok dengan dirinya.
Seringkali kita temui anak yang berprestasi rendah bukanlah selalu anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah pula. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar seorang anak. Salah satunya adalah karena mayoritas sekolah yang ada di Indonesia kurang mengakomodir berbagai tipe gaya belajar yang dimiliki siswanya. Menurut De Porter dan Hernacki (2012) terdapat tiga tipe gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi. Ketiga gaya belajar tersebut adalah Gaya Belajar Visual (mengandalkan penglihatan atau melihat bukti), Gaya Belajar Auditori (mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingat), dan Gaya Belajar Kinestetik (mengandalkan sentuhan atau pengalaman melakukan sesuatu dalam memahami informasi tertentu). Mayoritas sekolah hanya mengakomodir mereka yang memiliki tipe gaya belajar visual saja, dan kurang memfasilitasi siswa yang memiliki tipe gaya belajar auditori ataupun kinestetik. Jika demikian, maka tugas Anda sebagai orang tua-lah untuk bisa membantu anak Anda belajar sesuai dengan tipe gaya belajar yang dimilikinya, khususnya saat anak Anda belajar di rumah.

7. Selalu menjadi tauladan bagi anak, termasuk dalam hal belajar.
Anak adalah cerminan orang tua. Siapa orang tua anak dan bagaimana anak tersebut dididik dan dibesarkan akan sangat terlihat dalam performa anak sehari-hari. Anak akan selalu mencontoh perilaku orang tuanya, baik ataupun buruk. Berusahalah untuk selalu jadi tauladan yang baik bagi anak-anak Anda. Jika Anda menginginkan anak Anda selalu termotivasi untuk belajar, terlebih dahulu cobalah terapkan pada diri Anda prinsip Lifelong Learning (Belajar Sepanjang Hayat). Artinya, jangan pernah berhenti belajar. Teruslah meningkatkan kemampuan diri dalam situasi apapun. Jika Anda selalu mencontohkan hal tersebut, kemungkinan besar tanpa Anda banyak mengingatkan anak untuk belajar pun, anak Anda akan belajar dengan sendirinya karena melihat contoh dari Anda.

8. Terima anak apa adanya, dengan penuh rasa syukur sebagai suatu karunia dan kesempatan yang telah Tuhan berikan kepada Anda.
Hal paling penting dari segalanya adalah terimalah anak Anda apa adanya. Syukuri buah hati Anda ini sebagai anugerah terindah dan paling luar biasa yang Anda terima dari Tuhan. Dengan menerima anak Anda apa adanya, Anda tidak akan menggantungkan harapan-harapan yang sulit diraih anak. Cinta yang tulus dan penerimaan tanpa syarat dari Anda akan sangat dirasakan oleh anak, dan itu adalah hal yang paling dibutuhkan anak sebagai bekal dalam mengarungi kerasnya kehidupan, termasuk dalam mengatasi hambatan atau kesulitan dalam belajar.

Beberapa cara sederhana yang bisa Anda lakukan dalam rangka mengenali potensi diri yang Anda miliki adalah sebagai berikut.

  1. Perhatikan hal-hal yang Anda sukai

Setiap manusia bahkan anak kecil sekalipun pasti memiliki kecenderungan untuk menyukai hal-hal tertentu, misalnya menyukai musik, menyanyi, menggambar, olahraga, bahkan hal-hal kecil seperti senang berfoto atau bergaya, senang mengatur barang-barang atau orang, makan, bermain game, jalan-jalan, dan sebagainya. Meskipun sederhana, hal-hal yang Anda sukai ini bisa Anda jadikan pedoman untuk mengidentifikasi apa yang menjadi bakat atau potensi Anda. Jangan pernah berhenti bereksplorasi dalam melakukan atau menikmati hal-hal yang menjadi minat atau kesukaan Anda, dengan tetap bertanggung jawab terhadap komitmen waktu misalnya.

  1. Perhatikan aktivitas yang biasa Anda lakukan dalam rentang waktu cukup lama dan tanpa keluhan, bahkan Anda sangat enjoy dalam melakukan aktivitas tersebut.

Cobalah untuk lebih jeli dalam memperhatikan aktivitas sehari-hari Anda. Akan ada satu atau beberapa aktivitas atau kegiatan yang cenderung sering Anda lakukan serta dengan tempo waktu yang cukup lama. Anehnya meskipun lama, Anda tidak pernah mengeluh lelah atau bosan dengan aktivitas tersebut. Sebaliknya, Anda sangat menikmatinya. Misalnya aktivitas mengutak-atik kendaraan bermotor Anda, aktivitas berkebun, memasak, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini bisa Anda jadikan acuan bagi Anda dalam mengenali potensi atau bakat yang Anda miliki .

  1. Perhatikan aktivitas atau kegiatan atau pekerjaan yang bisa Anda lakukan dalam waktu singkat dan nyaris tanpa kendala atau kesulitan.

Yakinlah setiap orang pasti memiliki kelebihan tertentu. Cobalah lebih jeli dalam memperhatikan setiap aktivitas atau kegiatan yang Anda lakukan. Diantara sekian banyak aktivitas atau kegiatan ataupun pekerjaan yang biasa Anda lakukan, pasti ada minimal satu hal yang benar-benar sangat Anda kuasai. Bahkan Anda dapat melakukan hal tersebut dalam waktu yang relatif singkat serta tanpa kendala atau kesulitan yang berarti, sementara orang lain butuh waktu lama untuk melakukan atau menyelesaikan hal yang sama, dan tak sedikit orang yang mengatakan bahwa hal tersebut sulit dilakukan. Misalnya kemampuan Anda dalam menguasai software dan aplikasi computer, kemampuan Anda dalam menyusun proposal kegiatan, kemampuan Anda dalam memimpin suatu kegiatan, dan sebagainya. Mengetahui satu atau beberapa kelebihan atau keahlian yang Anda miliki akan sangat membantu Anda dalam mengembangkan bakat atau potensi Anda agar dapat berkembang secara optimal.

  1. Perhatikan aktivitas atau kegiatan apa saja yang sangat ingin Anda lakukan tapi karena berbagai hal belum bisa dilaksanakan.

Seringkali Anda mengatakan ingin ini ingin itu berkaitan dengan aktivitas tertentu tapi karena berbagai alasan belum sempat terealisasi. Misalnya Anda ingin meningkatkan kemampuan bahasa asing Anda, ingin lebih banyak meluangkan waktu untuk mengembangkan hobi fotografi Anda, atau Anda ingin mulai membuka usaha kuliner, dan lain sebagainya. Aktivitas-aktivitas yang sangat ingin Anda lakukan tersebut sebenarnya bisa mengantarkan Anda pada penemuan passion atau bahkan potensi dan bakat-bakat Anda.

  1. Perhatikan cita-cita atau impian masa depan Anda.

Coba Anda ingat-ingat lagi apa cita-cita dan impian masa depan Anda, bahkan mungkin cita-cita masa kecil Anda. Banyak dari cita-cita masa kecil seseorang (termasuk penulis sendiri) yang benar-benar tercapai saat dewasa kelak. Mengingat kembali apa saja cita-cita dan impian Anda selama ini bisa jadi akan membawa Anda pada proses penemuan potensi diri yang selama ini membingungkan Anda.